Thursday, July 31, 2008

Wahai Jiwaku

Wahai jiwaku,
Sesungguhnya kamu telah berjanji kepada Tuhanmu,
Setiap hari, disaat kamu berdiri dan membaca
"Hanya padaMu kami menyembah,
Dan hanya padaMu kami mohon pertolongan"

Wahai jiwaku,
Bukankah dalam munajat ini engkau telah berjanji,
Tidak akan berhamba kepada selain Allah,
Tidak akan meminta pertolongan selain kepadaNya,
Tidakkah engkau telah berjanji,
Untuk tetap berpegang teguh,
Kepada jalan yang lurus,
Yang terlepas dari kesulitan,
Dan liku-liku perjalanan,
Tidakkah engkau berjanji,
Untuk berpaling dari jalan orang-orang yang sesat,
Dan dimurkai Allah?

Kalau memang demikian,
Hati-hatilah wahai jiwaku,
Janganlah engkau langgar janjimu,
Setelah Dia engkau jadikan sebagai pengawasmu,
Janganlah engkau mundurdari jalan yang telah ditetapkan oleh Islam,
Setelah engkau jadikan Allah sebagai saksimu,
Hati-hatilah,
Jangan sampai engkau,
Mengikuti jalan orang-orang yang sesat,
Dan menyesatkan,
Setelah engkau jadikan Allah,
Sebagai penunjuk jalan,

Berhati-hatilah wahai jiwaku,
Janganlah engkau kafir,
Setelah engkau beriman,
Janganlah engkau tersesat,
Setelah engkau mendapat petunjuk,
Janganlah engkau menjadi orang yang fasik,
Setelah engkau menjadi orang yang berpegang teguh,
Jika engkau melanggar,
Maka akibatnya akan menimpa diri sendiri,
Jika engkau tersesat,
Maka kesesatan itu juga akan menimpa.

“petikan daripada buku Pelita Hati, Dalam Perjalanan Rohani”

Sunday, July 27, 2008

Serangan Musuh



Musuh itu bersembunyi,
Dari dalam ia mampu mengakis,
Ia akan meluru mara bersama sekutunya,
Jangan gerun! jangan lemah!,
Tawanlah ia sebelum kau menjadi tawanannya,


Lembutkan ia dengan salam,
Seandainya ia tunduk pada salam,
Jagalah ia sebaik mungkin,
Seandainya ia tidak mahu tunduk dengan salam,
Minta bayar sebagai ganti rugi,
Dan seandainya ia keras,
Perangilah! Jadikan ia hamba,
supaya sentiasa menurut Iman,
Layangkan pedang mu,
Pancung kemaraannya,
Kiprat segala serangan,

Jagalah Rajamu,
Halangi musuh itu,
Dari menggulingkan raja,
Lantas menakluk seluruh kerajaan,
Yang berasal dari campuran tanah,

(Musuh = Nafsu, Raja = Hati)

Thursday, July 24, 2008

Secebis Kenangan


“Kau adalah sahabat aku yang ke 11”, begitulah kata-kata sahabat saya yang saya temui dan ketahui wajahnya di Matrik UIA (bilangan ke 11 itu saya sebenarnya tak pasti sama ada betul atau salah, terlupa). Sebelum itu saya sudah mengenalinya di sekolah tetapi Cuma tahu namanya saja tidak pernah bersua muka. Sahabat saya itu bersekolah di Kuching manakala saya bersekolah di Miri.

Namanya menjadi sebutan setelah rakan-rakan sekolah saya yang mewakili Sarawak bahagian dikir barat pulang dan sering menyebut-menyebut nama sahabat saya itu kerana dia telah berjaya merangkul johan bersajak dalam pertandingan Anti Dadah Peringkat Kebangsaan. Disebabkan namanya menjadi sebutan, saya pun berasa kagum, dan terniat ingin berjumpa. Kuasa Allah mempertemukan kami di Petaling Jaya. Dan Alhamdulillah kami bersama-sama berada dalam ‘kemuliaan Islam’.

Kami telah sepakat memilih lagu tema. Lagu ini sering didendangkan bersama, lagu yang dinyanyikan oleh Amar, tajuknya saya tak ingat, tapi liriknya lebih kurang begini;

Ukhuwwah yang terbina persis sekuntum bunga,
meskipun kini kita terpisah demi kasihnya,
namun cebisan kenangan kita,
sentiasa bermain di bayangan mata,

Entah salah entah betul (maaf ye saudara Amar andai salah). Asal saja berjumpa, kami sama-sama menyanyi. Bagaimana dan bila lagu ini jadi lagu tema, saya tak pasti.

Teman saya ini punya semangat yang kuat ketika bekerja. Fokusnya melebihi orang lain. Dan saya pula cukup gembira melihat hasil kerjanya, berkualiti. Selain itu dia juga cukup pandai menghiburkan teman-teman seperjuangan. Tak kering gusi saya dan yang lain mendengar celoteh dan melihat telatahnya.

Di saat kejatuhan, alhamdulillah kami akan sama-sama bangun, di saat kegemilangan, alhamdulillah kami sama-sama bersyukur. Alhamdulillah, kami sama merasa susah senang dan menikmati persahabatan yang dibina.

Kini sahabat saya itu kembali bangkit setelah mengharung kesukaran. Dia bangkit dengan semangat juang yang cukup tinggi. Ya, pengalaman mengajar. Tidak ada senang sebelum susah.
Tinggal saya berseorangan, mengelamun sendirian. Kadang-kadang terasa kehilangan kerana dia betul-betul sekepala dengan saya. Tetapi, alhamdulillah dan insya Allah, Allah pertemukan dengan yang lain. Semoga kita berjumpa lagi teman!

(Coretan penghargaan buat teman-teman sekalian, terima kasih semua!)